Minggu, 19 Desember 2010

tepi dunia

Kepala saya sakit dan hati saya hancur. Kebebasan saya direbut dan mulut saya diberangus. Jalan hidup saya diinterupsi dan saya dipaksa menunduk.
Bagaimana mungkin hati manusia didikte?
Bagaimana caranya ribuan hari yang sudah kita pilih dan kita jalani dalam seketika harus dilupakan.
Halo, Anda bicara pada manusia. Bukan robot.
Halo, Anda bisa membimbing saya tapi tolong jangan program saya.
Halo, Anda bisa menginspirasi saya, tolong jangan patahkan kaki saya dan mengalahkan saya dengan paksa. Kepala saya sakit dan hati saya hancur. Setiap gerak gerik saya diamati dengan kerutan kening penuh tanda tanya dan dia dihakimi seperti virus kotor yang keberadaannya perlu dibasmi dengan segera.
Bukan masalah dia sebagai individu, kata Anda pada saya.
Lantas apa? Status?
Kenapa semua hal di dunia ini dilabeli, dibuat hierarki, dibuat terpisah, berjenjang, berjurang?
Bukankah kita semua sama saja?
Kita semua adalah teman seperjalan menuju hari esok, hari esok setelah hari esok, dan kematian.
Kepala saya sakit dan hati saya hancur.
Terasing dan putus asa.
Lelah dan tidak berdaya.
Anda mengatakan saya harus kuat, rasional, dan berpikir dewasa.
Saya takut. Saya takut pada akhirnya menjadi orang-orang yang mencari kebahagiaan di tempat yang salah. Saya takut saya pada akhirnya hanya hidup untuk berburu harta tanpa makna.
Sulit hidup dijaman modern. Semua terasa seperti sampah.
Saya takut semua yang tersisa dari masa kecil saya perlahan mati. Mimpi, harapan, dan cinta. Tolong jangan ambil itu dari saya. Hanya itu yang saya punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar